Tren Pakaian terkini
Industri kreatif adalah industri yang
menekankan pada olah cipta, rasa, dan karsa yang orisinal lantas
merealisasikannya dalam sebuah produk kreatif. Menurut kementerian
pariwisata dan industri kreatif, ada 14 sektor idustri kreatif priotitas
meliputi periklanan, film dan fotografi,
musik, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain,
permainan interaktif, desain fashion, seni pertunjukkan, penerbitan dan
percetakan, layanan komputer dan peranti lunak, televisi dan radio,
serta riset dan pengembangan. Selain inovasi dan kreatifitas, bergelut
dalam industri kreatif memerlukan kemampuan untuk membaca tren dan
selera pasar agar produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah , serta
laku terjual dalam pasar domestik maupun internasional. Tren cenderung
berubah seiring dengan perubahan gaya hidup dan selera konsumen yang
dinamis, oleh karena itu perlu kepekaan terhadap tren yang lazim disebut
tren forecasting. Berangkat dari kesadaran perlunya pemahaman tren
forecasting agar produk yang lahir mampu memenuhi segmen pasar yang
tepat, maka Irvan A. Noe’man, Konsultan Multidisiplin dari BD+A Design meluncurkan buku Trend Forecasting 2013 “VIRTUALUXE” sebagai hasil pemikiran bersama Tri Anugrah, Dina Midiani, dan semakin lengkap dengan hadirnya spesialis Trend&Lifestyle Researcher di Nuremberg-Jerman, Isti Dhaniswari.
Virtualuxe berasal dari kata VIRTUAL DELUXE
yang mencerminkan kelahiran kembali dari tahun 2012 yang dipenuhi
gejolak resesi. Elemen yang akan positif dan cerah akan
tervisualisasikan dalam produk yang inspiratif. Tentunya Isu penting
dunia mengenai konservasi lingkungan dan “Green” Lifestyle akan
tetap terangkat di tahun-tahun mendatang dengan aneka produk ramah
lingkungan yang fashionable dan stylish. Indonesia sebagai penghasil
material “sustainable” terbesar di dunia seperti bambu, rotan, dan
material ramah lingkungan lainnya diharapkan dapat memimpin pasar produk
ramah lingkungan andalan yang menghasilkan devisa tinggi. Disamping
mampu membaca tren pasar, para pelaku industri kreatif harus melakukan
pula decoding, yaitu meneliti dan mengurai suatu
kekayaan budaya yang kita miliki dan menerjemahkannya ke dalam desain.
Seperti yang dilakukan oleh Desainer Senior, Musa Widyatmodjo dan Poppy Dharsono.
“embrio/mimpinya kita 17 tahun yang lalu saat menyelenggarakan APPMI
(Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) adalah dimana semua
stakeholder mode di Indonesia dari industri, desainer dan para
pengrajinnya membuat sesuatu untuk diangkat ke Indonesia”.
“Setiap daerah memiliki hasil kreatifitas
sendiri-sendiri yang menjadi identitas provinsi, dan itulah yang harus
dikembangkan, bahwa setiap daerah mampu memberikan nilai tambah dan
identitas yang berbeda dengan produk asing. Di tangan desainer ia akan
diolah sehingga bisa dipakai oleh semua golongan kosmopolitan”, pungkas Poppy Dharsono
yang mengaku sering turun ke daerah untuk berinteraksi langsung dengan
para pengrajin pakaian tradisional dan membina APPMI daerah. “Kita mulai
bergerilya memperkuat desainer di daerah dulu, yang penting adalah
bagaimana kita mengangkat kekayaan budaya kita lebih ke era yang modern
dan praktis, dalam arti kata menjadi perputaran nilai ekonomi sehingga
pekerjaan penenun tidak hanya menjadi warisan saja atau kain koleksi
tetapi bisa dipakai untuk kehidupan wanita-pria cosmopolitan modern
khususnya di Indonesia untuk mulai memperkuat jati diri dan rasa
nasionalisme dengan membeli produk Indonesia” tambah Musa Widyatmodjo
yang baru saja meluncurkan koleksi terbaru The (ine) Kelimutu yang
mengangkat kain tenun ikat Lusi Ende NTT ke dalam kreasi desainnya yang
bernuansa calm, sophisticated, dan elegant.
Ali Charisma, Penggagas
Indonesia Fashion Week pun berpendapat serupa, “Bahan kain Indonesia
pasti berbeda dan sangat kaya, ini akan menarik di pasar dunia, tinggal
bagaimana mempresentasikan produk-produk tersebut agar sesuai dengan
market negara yang dituju. Itu yang harus banyak dikembangkan dan perlu
penyesuaian mengenai desain dan kreatifitas, mengarahkan produksi ke
ready to wear, mengerti selera pasar, dan penerapan teknologi agar biaya
dan waktu produksi tidak terlalu lama“. Ibu Martha Tilaar,
Founder & Chairwoman Martha Tilaar Group, telah lebih dari 26 tahun
mengangkat produk kosmetik dengan citarasa lokal ke dunia global, dan
terbukti perusahaan yang dipimpinnya tetap kokoh berdiri melewati
berbagai krisis yang melanda Indonesia maupun resesi ekonomi global
kini. “Saya hanya berusaha melestarikan warisan leluhur dengan satu
resep, Local Wisdom Go Global. Karenanya kita harus sama-sama menyatukan kekuatan, dalam berkreasi harus memiliki konsep Think Locally Act Globally ” ungkap Dr Martha Tilaar dalam wawancaranya dengan Redaksi Nasionalis Rakyat Merdeka News Online.
Kesemua pakar dan praktisi industri kreatif yang ditemui oleh redaksi
NRM menyampaikan gagasan dan pandangan yang serupa mengenai tren produk
yang akan menguat di tahun-tahun mendatang, yaitu produk yang berkonsep
menguatkan identitas sebagai bangsa Indonesia serta ramah lingkungan. Maju terus Produk Indonesia..!
Oleh : Dwi P. GanatriSumber dari :
http://nasionalisrakyatmerdeka.wordpress.com/2012/03/03/pendapat-para-pakar-mengenai-trend-produk-kreatif-di-tahun-2013/
0 komentar:
Posting Komentar